Pages

Thursday, November 22, 2012

Part of Skin without Pain

Assalamu’alaikum saudara ku

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.”
(QS. An-Nisa : 56)

Bagi sebahagian besar umat Islam, pasti gak asing lagi kan dengan ayat ini, ayat di atas terdengar seperti ayat-ayat serupa dalam Al-Quran yang menjelaskan pedihnya siksa neraka bagi orang-orang yang tidak beriman. Namun tidak demikian bagi Tagatat Tejasen, seorang scientists Thailand di bidang anatomi. Baginya, ayat itu adalah sebuah keajaiban.

Persidangan Perubatan Saudi ke-6 di Jeddah yang diikuti Tejasen pada Mac 1981 menjadi awal detik pertemuannya dengan keajaiban itu. Dalam persidangan yang berlangsung selama lima hari itu, sejumlah ilmuan Muslim mendedahkan kepada Tejasen beberapa ayat Al Quran yang berkaitan dengan anatomi.

Tejasen yang beragama Buddha kemudian mengatakan bahawa agamanya juga mempunyai bukti-bukti sama yang secara tepat menjelaskan tahap-tahap perkembangan embrio. Para ilmuan Islam yang ada ketika itu tertarik mempelajarinya dan meminta profesor yang berasal dari Thailand itu untuk menunjukkan ayat-ayat tersebut kepada mereka.

Setahun kemudian, pada bulan Mei 1982, Tejasen menghadiri persidangan perubatan yang sama di Dammam, Arab Saudi.


Apabila ditanya tentang ayat-ayat anatomi yang pernah dijanjikannya, Tejasen meminta maaf dan mengatakan bahawa ia telah menyampaikan kenyataan tersebut sebelum mempelajarinya. Ia telah memeriksa kitabnya, dan mendapati bahawa tidak ada rujukan di dalamnya yang dapat dijadikan bahan kajian.


Ia kemudian menerima cadangan para ilmuan Muslim untuk membaca sebuah makalah penelitian karya Keith Moore, seorang profesor bidang anatomi yang berasal dari Kanada. Makalah itu berbicara tentang keserasian antara embriologi moden dengan apa yang disebutkan dalam Al-Quran. Tejasen tercengang saat membacanya. Sebagai saintis di bidang anatomi, ia menguasai dermatologi (ilmu tentang kulit).

Dalam tinjauan anatomi, lapisan kulit manusia terdiri daripada tiga lapisan yakni Epidermis, Dermis, dan Sub Cutis. Pada lapisan yang terakhirlah, Sub Cutis, terdapat hujung-hujung pembuluh darah dan saraf. Penemuan modern di bidang anatomi telah mendedahkan bahawa luka bakar yang terlalu dalam akan mematikan saraf-saraf yang menetapkan sensasi.

Saat terjadi Combustio grade III (luka bakar yang telah menembus Sub Cutis), seseorang tidak akan merasakan sakit. Hal itu disebabkan tidak berfungsi hujung-hujung serabut saraf afferent dan efferent pengatur sensasi yang rusak oleh luka bakar tersebut.

Makalah itu tidak saja menunjukkan kejayaan teknologi perubahan dan perkembangan ilmu anatomi, namun juga membuktikan kebenaran Al-Quran. Ayat 56 surah An-Nisa mengatakan bahawa Allah akan memasukkan orang-orang kafir ke dalam neraka, dan menukar kulit mereka dengan kulit yang baru setiap kali kulit itu hangus terbakar, agar mereka merasakan pedihnya azab Allah.

Jantung Tejasen berdebar. “Bagaimana mungkin Al-Quran yang diturunkan 14 abad yang lalu telah mengetahui fakta perubatan ini?”


Sebelum berjaya mengatasi kejutan tersebut, Tejasen dilempari soal oleh para ilmuan Muslim yang mendampinginya, “Mungkinkah ayat Al-Quran ini berpuncak dari manusia?”

Ketua Jurusan Anatomi Universiti Chiang Mai Thailand itu sentak menjawab, “Tidak, kitab itu tidak mungkin berasal dari manusia. Ia kemudian termangu dan meneruskan respondnya, “Lalu dari mana kiranya Muhammad menerimanya?”

Mereka memberitahu Tejasen bahawa Tuhan itu adalah Allah, yang membuat Tejasen semakin ingin tahu. “Lalu, siapakah Allah itu?” soalnya.

Dari para ilmuan Muslim tersebut, Tejasen mendapatkan keterangan tentang Allah, Sang Pencipta yang dari-Nya berpunca segala kebenaran dan kesempurnaan. Dan Tejasen tak membantah semua jawapan yang diterimanya. Ia menerimanya.

Profesor yang pernah menjadi dekan Fakulti Perubatan Universiti Chiang Mai lalu itu kembali semula ke negaranya, tempat ia menyampaikan sejumlah kuliah tentang pengetahuan dan penemuan barunya itu.

Maklumat yang dikutip oleh laman special.worlofislam.info menyebutkan bahawa kuliah-kuliah profesor yang masih beragama Buddha itu, di luar dugaan, telah mengislamkan lima mahasiswanya.

Hingga akhirnya, pada Persidangan Perubatan Saudi ke-8 yang diadakan di Riyadh, Tejasen kembali hadir dan mengikuti siri pidato tentang bukti-bukti Quran yang berkaitan dengan ilmu perubatan.

Dalam persidangan yang berlangsung selama lima hari itu, Tejasen banyak membincangkan dalil-dalil tersebut bersama para sarjana Islam dan bukan Islam.

Di akhir persidangan, 3 November 1983, Tejasen maju dan berdiri di podium. Di hadapan semua peserta persidangan, ia menceritakan detik awal minatnya pada Al-Quran, juga kekagumannya pada makalah Keith Moore yang membuatnya meyakini kebenaran Islam.

“Segala yang terekam dalam Al-Quran 1400 tahun yang lalu pastilah kebenaran, yang boleh dibuktikan oleh sains. Nabi Muhammad yang tidak bisa membaca dan menulis pastilah menerimanya sebagai cahaya yang diwahyukan oleh Yang Maha Pencipta, “katanya. Tejasen lalu menutup pidatonya dengan mengucap dua kalimah syahadat.

Sumber : “Fakta : Kebenaran Islam Melampaui Sains Moden”


Wassalamu’alaikum  wr. wb.

Saturday, November 17, 2012

Alaqah = Lintah / Embrio

Subhanallah dan Alhamdulillah, saya bisa posting lagi di  blog terrcinta ini ... #lebay bgt. walaupun cuma copas dan cuma di ubah-ubah warnanya, tapi yang penting kita bisa dapet tambahan pengetahuan serta hikmah yang terkandung di dalamnya. Artikel ini berisikan tentang salah satu kebenaran Al qur'an yang baru dibuktikan, yaitu tentang embrio yang serupa dengan lintah. nah lho ?! bingung kan. Daripada saya melanjutkan basa-basi yang membuat rancu pemahaman pembaca, mending langsung aja menuju artikel bagus ini #jeng jeng jeng *makin gak jelas--v

Dr. Keith L. Moore, MSc, PhD, FIAC, FSRM : Dia adalah Presiden AACA (American Association of Clinical Anatomi ) antara tahun 1989 dan 1991. Ia manjadi terkenal karena literaturnya tentang mata pelajaran Anatomi dan Embriologi serta dengan puluhan kedudukan dan gelar kehormatan dalam bidang sains.

Dia menulis bersama profesor Arthur F. Dalley II, Clinically Oriented Anatomy, yang merupakan literatur berbahasa Inggris yang paling populer dan menjadi buku kedokteran pegangan di seluruh dunia, digunakan oleh para ilmuwan, dokter, fisioterapi dan siswa seluruh dunia.

Pada suatu waktu, ada sekelompok mahasiswa yang menunujukkan referensi Alquran tentang 'Penciptaan Manusia' kepada Profesor Keith L Moore, lalu sang Profesor melihatnya lalu barkata :


"Tidak mungkin ayat ini ditulis pada tahun 7 Masehi, karena apa yang terkandung di dalam ayat tersebut adalah Fakta Ilmiah yang baru diketahui oleh Ilmu Pengetahuan Moderen! Ini Tidak Mungkin, Muhammad pasti menggunakan Mikroskop!"

Para Mahasiswa tersebut lalu berkata : "Prof, bukankah saat itu Mikroskop juga belum ada?"

"iya iya saya tau, saya hanya bercanda, tidak mungkin Muhammad yang megarang ayat seperti ini" jawab sang profesor....


"Kemudian Kami menjadikan air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan alaqoh (sesuatu yang melekat), lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami menjadikannya mahluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah Pencipta yang paling baik" [QS. Al Mu'minuun: 13-14]



Jika di cermati lebih dalam, sebenarnya 'alaqoh' dalam pengertian Etimologis yang biasa di terjemahkan dengan 'segumpal darah' juga bermakna 'penghisap darah', yaitu lintah.

Padahal tidak ada pengumpamaan yang lebih tepat ketika Embrio berada pada tahap itu, yaitu 7-24 hari, selain seumpama lintah yang melekat dan menggelantung di kulit.

Embrio itu seperti menghisap darah dari dinding Uterus, karena memang demikianlah yang sesungguhnya terjadi, Embrio itu makan melalui aliran darah. Itu persis seperti lintah yang menghisap darah. Janin juga begitu, sumber makanannya adalah dari sari makanan yang terdapat dalam darah sang ibu.

Ajaibnya, Embrio Janin dalam tahap itu jika di perbesar dengan mikroskop bentuknya benar-benar seperti lintah. Dan hal itu tidak mungkin jika Muhammad sudah memiliki pengetahuan yang begitu dahsyat tentang bentuk janin yang menyerupai lintah lalu menulisnya dalam sebuah buku.

Padahal pada masa itu belum di temukan Mikroskop dan Lensa. Jelas itu adalah pengetahuan dari Tuhan, itu wahyu dari Allah SWT, yang Maha Mengetahui segala Sesuatu.

Ayat tersebutlah yang membuat sang profesor akhirnya memeluk agama islam dan merevisi beberapa kajian ilmiahnya karena Al-Quran ternyata telah menjawab beberapa bagian yang selama ini membuat yang profesor gusar dan merasa materi yang ditelitinya selama ini terasa belum lengkap atau ada tahapan dari perkembangan Embrio yang kurang.

***
Artikel Biografi Dr. Keith L. Moore >> http://goo.gl/OHjQW

Video Pernyataan Lengkap sang Profesor:

Embryology in the Qur'an by: Dr. Keith L. Moore >> http://goo.gl/8hS87(Durasi 1 jam 12 Menit)

Video Biografi dan Wawancara Dr. Keith L. Moore >> http://goo.gl/CE1mW(Durasi 1 jam 8 Menit)


sumber : community on FB, fakta dan info unik